Lagi. Aku terdampar di ruang kehampaan. Lelaki
yang sebenarnya masih kuharapkan, tak kunjung datang juga. Lagi-lagi lelaki ini
menganggap enteng semua masalah kita yang ritmenya terus berulang,
berkali-kali.
Dan disinilah aku berada sekarang, dalam
sebuah ironi. Keriuhan ada di sekitarku, tapi aku merasakan sepi. Aku melihat
para pengendara lalu lalang di jalan raya, berlomba untuk segera sampai di
tempat peraduan mereka. Mereka seakan tak mau kehilangan sedetik pun waktu
berharga. Tetapi aku justru semakin statis dalam dunia yang semakin dinamis.
Ketika semua orang berlari untuk mencapai tujuan mereka, aku justru makin
memperlambat langkahku. Ketika mereka berjalan karena ingin beristirahat
sejenak, aku justru memilih berhenti dan kemudian lumpuh, kali ini aku tak kuat
untuk melanjutkan perjalanan lagi. Aku terlalu takut untuk memikirkan sakit
hati apa lagi yang akan kurasakan setelah ini.
Aku masih berharap akan kedatangan lelaki ini.
Satu sisi hatiku masih menyimpan harapan dia akan hadir untukku, tapi di sisi
lain aku memilih menyerah saja. Lagi-lagi aku takut untuk banyak menaruh
harapan padanya. Karena aku tau dia akan mengecewakanku lagi, untuk sekian kalinya.
Aku yakin, dia pasti tahu betul, segigih apapun penjelasan yang akan dia
berikan padaku, tak akan mengubah keputusanku kali ini.
Aku menyayangi lelaki ini. Pun kita memiliki
perbedaan mendasar. Sampai sejauh ini, aku mencoba bertahan dan tetap berusaha.
Sampai pada akhirnya, aku sadar dia tak lagi mau berusaha dan tak mau bertahan.
Lalu bagaimana bisa aku berusaha sendirian?. Jika dia tak mau lagi, untuk siapa
aku berusaha sekeras ini?.
Mungkin ini keputusan paling berat yang harus
aku ambil sepanjang aku menjalani hari-hariku bersama lelaki ini. Akhirnya, aku
benar-benar memilih untuk pergi dari kehidupannya. Aku takut akan lebih lama
lagi menjadi pengganggu dalam hidupnya. Dia bahkan tak lagi mencoba mencariku,
dia pun berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar